top of page

/do.ku.fi.li.a/ No. 2: Uncle Yanco (1967)

Moses Parlindungan Ompusunggu

11/12/23

Masuki dunia warna-warni Agnes Varda yang hangat, asyik, dan nostalgik!

DETAIL FILM

Sutradara, Produser, Penulis: Agnes Varda

Editor: Jean Hamon

Sinematografer: David Myers, Didier Tarot

Suara: Paul Oppenheim

Durasi: 19 menit

Warna: warna

Musik: Richard Lawrence, Yannis Spanos, Albinoni


SINOPSIS

Di satu permukiman perairan di San Francisco, tinggallah seorang Yunani di atas sebuah rumah-kapal. Ia melukis kota-kota khayalan dan zaman Byzantium. Ia mengarungi laut dengan perahu layarnya. Di rumah-kapalnya, ia menjamu kaum hippies dan tukang demo. Aku baru tahu kalau ia pamanku dari Amerika, dan ternyata ia orang yang sangat asyik.


COCOK JADI BAHAN BELAJAR BIKIN:

  • Dokumenter profil

  • Dokumenter seni

  • Dokumenter personal

  • Dokumenter dengan/tentang lansia.


REFLEKSI

Almarhumah Agnes Varda adalah seorang sineas perempuan Prancis yang sangat produktif sebagai pembuat film dan seniman instalasi (meski ia baru memulai kegiatan yang kedua itu di usia 70-an). Di perfilman, Varda membuat film fiksi dan dokumenter kreatif. Jika The Gleaners and I (2000) adalah film nonfiksi Varda yang paling terkenal, maka Uncle Yanco mungkin dokumenternya yang paling hangat dan asyik!


Bagaimana tidak?


Narasinya esaistis, jahil, investigatif, sekaligus personal. Palet warnanya cerah meriah dan nostalgik. Penempatan kontras ada di sana-sini. Wow, ini puncak Vardaisme, coy!


Visi Varda untuk film ini adalah potret seorang seniman nyentrik yang tinggal di Amerika, jauh dari kediaman sang sineas di Prancis, tetapi punya hubungan kekerabatan dengan dia. Jadinya ada tarik-ulur antara merengkuh sesuatu yang asing dan mendekap sesuatu yang dekat namun tak banyak persinggungan dengan sang sutradara.


Tarik-ulur ini bikin Uncle Yanco sang film jadi ikut-ikutan senyentrik Uncle Yanco si seniman, selain dari karena adanya komponen-komponen lain seperti maraknya penggunaan jump cuts dan staged shots.


Uncle Yanco bisa jadi referensi untuk melihat bagaimana narasi personal dihubungkan dengan konteks yang lebih luas dalam sebuah produk sinema nonfiksi. Sepanjang film, sang protagonis ngobrol soal Yunani (kampung halamannya), praktik seninya, hingga pandangannya soal anak-anak muda, kapitalisme, dan berpesta.


Dalam dokumenter ini, Varda menjahit keterkaitan-keterkaitan personal-dan-eksternal itu dengan baik.


Uncle Yanco sendiri dibuat Varda jauh sebelum ia membuat The Gleaners and I. Tapi keduanya terhubung lewat penceritaan subjektif yang jadi ciri utama dokumenter-dokumenter Varda. Misalnya, dengan memerankan dirinya sendiri sebagai narator bersudut pandang orang pertama. Dalam Uncle Yanco, sebagaimana dokumenter-dokumenternya yang lain, Varda juga rajin muncul di depan kamera lewat adegan-adegan performatif yang komikal.


Pilihan-pilihan artistik di atas bikin Varda jadi salah seorang sineas dunia yang punya kekhasan estetik. Sesuatu yang bikin karya-karyanya terus menjadi rujukan orang-orang pembelajar film hingga hari ini.


Viva Varda!



bottom of page